(Duta Masyarakat, 15 Desember 2018)

Selama ini, banyak orang di belahan dunia menganggap Islam sebagai agama yang identik dengan kekerasan. Dalam ketidaktahuannya, sebagian berpikir tentang Islam sebagai ideologi politik yang sangat berhasrat menguasai dunia. Bahkan, sebagian lainnya menganggap Islam merupakan dokstrin menindas atau kejam yang bertentangan dengan kemerdekaan dan nilai-nilai yang dijunjung di abad ke-21.

Hal itulah yang juga dirasakan oleh Craig Considine, seorang Katolik berkebangsaan Amerika. Saat masih remaja, bagi Craig, Islam adalah Bin Laden, Al-Qaeda, dan kekerasan sebagaimana yang digambarkan media. Namun, saat kuliah di American University dan bertemu dengan Prof. Akbar Ahmed, persepsinya tentang Islam berubah total. Craig tidak hanya penasaran, tetapi juga jatuh cinta kepada pribadi sang Nabi Islam. Sehingga, dia pun mulai belajar tentang Islam lebih banyak lagi dan menemukan sifat welas asih Rasulullah Saw. serta ajarannya yang mengutamakan kasih sayang.

Muhammad Nabi Cinta adalah kumpulan tulisan Craig Considine yang berisi berbagai hal yang berhubungan dengan sosok Nabi Muhammad saw., terutama yang berkaitan erat dengan nilai-nilai toleransi, pluralisme, hubungan Islam dan politik, hingga bagaimana sosok Muhammad yang anti-rasisme.

Craig menjelaskan, toleransi adalah sikap yang diajarkan Islam, jauh sebelum Islam tersebar luas ke belahan dunia. Hal itu dicontohkan langsung oleh Muhammad saw. sekitar 631 M, terutama saat golongan Muslim yang dipimpin Khalid bin Al-Walid dan Kristen Najran secara terbuka mendiskusikan perihal pemerintahan, politik, dan agama. Dalam diskusi itu mereka bersepakat pada banyak persoalan, tetapi mereka juga sepakat untuk tidak bersepakat pada persoalan-persoalan teologis. Kalau ada frase yang bisa menyimpulkan pertemuan mereka, maka itu adalah “saling menghormati” (hlm. 6).

Setelah melakukan perbincangan diplomatik, kalangan Kristen berkata kepada Nabi Muhammad bahwa, sudah waktunya mereka untuk beribadah kepada Tuhan mereka. Karena tidak ada gereja terdekat untuk melaksanakan ibadah, akhirnya mereka keluar masjid untuk bersembahyang di jalanan Madinah.

Alih-alih membiarkan kalangan Kristen itu beribadah di jalanan yang padat dan berdebu, Nabi Muhammad berpaling kepada mereka dan berkata, “Kalian adalah para pengikut Tuhan. Silakan berdoa dalam masjidku. Kita semua saudara sesama manusia.”. Akhirnya, kelompok Muslim mengizinkan kalangan Kristen untuk menggunakan masjid Nabawi, suatu tempat suci Islam, untuk beribadah dengan bebas. Muhammad juga memberi mereka tempat menginap di dekat rumahnya, dan bahkan memerintahkan kaum Muslimin memasangkan tenda untuk rombongan Kristen.

Tak hanya mengizinkan beribadah di masjid Nabawi, Muhammad juga memberikan sebuah garansi tertulis bahwa Nabi akan melindungi nyawa, harta benda, dan hak asasi mereka seperti kebebasan hati nurani dan kebebasan beragama (hlm. 7).

Dalam buku ini, Craig juga menjelaskan bahwa Nabi Muhammad adalah sosok yang yang anti-rasisme. Hal itu terbukti dengan persahabatan Nabi dengan Bilal bin Rabah, seorang budak kulit hitam yang naik ke posisi terkemuka dalam komunitas Muslim Arab abad ke-7. Bilal sedemikian dihormati di kalangan para sahabat, sehingga orang-orang menyebutnya “tuan”. Dia akhirnya menjadi muazin (penyeru azan) Muhammad, atau pemimpin yang bertanggung jawab menyeru umat Islam untuk melaksanakan salat lima waktu. Dengan memilih Bilal untuk menduduki posisi terhormat ini, Nabi Muhammad menyatakan dengan gamblang bahwa ekslusi dan subordinasi sosial berdasarkan suku dan ras tidak dibolehkan dalam masyarakat Islam yang sejati (hlm. 12).

Tulisan-tulisan Craig dalam buku 184 halaman ini penting disimak dan ditelaah untuk lebih memahami makna toleransi yang hakiki dalam Islam. Kekaguman Craig, yang nota bene seorang Nasrani, terhadap sosok Nabi Muhammad menunjukkan bahwa ajaran Islam yang dibawa Muhammad adalah ajaran yang sarat dengan cinta damai dan antikekerasan. Bahwa ajaran Islam yang sejati itu mengutamakan kasih sayang, bukan kekerasan dan kebrutalan sebagaimana digambarkan oleh banyak media yang anti-Islam. (*).

Muhammad Nabi Cinta | Craig Considine | Noura Books | Pertama, September 2018 | xx + 184 Halaman | 9786023855384

Muhammad Nabi Cinta - Duta Masyarakat - 15 Desember 2018 - Untung Wahyudi

Leave a comment