Oleh:
Untung Wahyudi

Bagi pecinta buku-buku
luar, tentu tahu buku apa saja yang selama ini sukses di Tanah Air. Buku yang
banyak menyedot perhatian pembaca biasanya selalu dinanti kehadirannya. Sebut
saja novel Harry Potter karya JK. Rowling yang menjadikan pengarangnya
sebagai penulis terkaya di Inggris.
Lalu, tahukah kita
bahwa di balik suksesnya buku-buku terjemahan seperti Harry Potter dan
beberapa buku lain tidak lepas dari kerja keras para penerjemah yang berhasil
mengalihbahasakan dan menginterpretasikan novel aslinya menjadi novel
terjemahan yang enak dibaca, bahkan mendulang sukses di Tanah Air? Seorang
penerjemah berjuang “mati-matian” untuk menerjemahkan sebuah buku sehingga laik
baca dan sesuai dengan kebutuhan pembaca di Tanah Air.
Kegiatan penerjemahan
memang tidak asing lagi di masyarakat. Tidak hanya dalam bentuk karya seperti
buku, aktivitas penerjemahan dalam lingkup pemerintahan pun sangat urgen.
Sebuah pidato yang disampaikan seorang Presiden memerlukan penerjemah untuk
menjelaskan kepada tamu Negara dari luar negeri yang tidak memahami bahasa
Indonesia.
Di sinilah peran
penerjemah dibutuhkan di Indonesia. Penerjemahan buku bisa dijadikan ladang
profesi yang juga diharapkan mendulang penghasilan yang lumayan, bahkan setara
dengan para penulis buku asli (non-terjemahan). Hal ini mengingat bahwa,
kebutuhan akan buku-buku luar yang berkualitas masih terus dibutuhkan untuk
menunjang bahan bacaan.
Beberapa penerbit
terkemuka di Tanah Air bahkan masih konsisten menerjemahkan buku-buku penulis
luar yang karyanya dinanti-nantikan pembaca Indonesia. Sebagai contoh penerbit
Mizan Pustaka. Penerbit yang bermarkas di Bandung itu dengan konsisten
menerbitkan buku-buku karya Dan Brown seperti The Da Vinci Code atau The
Lost Symbol
. Novel terbaru penulis fenomenal yang mengisahkan fenomena
neraka menurut Dante Alighieri, Inferno, pun rilis awal September
kemarin. Pun karya terbaru JK. Rowling, The Casual Vacancy yang juga
sukses di pasaran.
Menurut Bambang Trim,
salah seorang praktisi perbukuan Indonesia, penerjemahan buku bisa menjadi
bisnis atau profesi yang bisa digeluti mengingat semakin banyaknya minat
masyarakat Indonesia terhadap buku-buku luar negeri. Meski masih dianggap
sambilan, profesi penerjemah sangat dibutuhkan, semisal dalam hal pendidikan
dan ekonomi. Dalam hal pendidikan, untuk memperoleh informasi mengenai satu
bidang tertentu, tentu tidak bisa hanya menggunakan buku dalam negeri sebagai
acuan.
Khalifurrahman Fath,
salah seorang penerjemah buku-buku sastra Timur yang buku-buku terjemahannya
banyak diterbitkan penerbit Navila, Yogyakarya, menuturkan bahwa, saat ini
profesi penerjemah bisa dibilang cukup “mapan” jika melihat tarif penerjemahan
yang diterapkan beberapa penerbit. Saat ini ada penerbit yang mematok harga
terjemahan sebesar 15.000-19.000 per halaman.
Hal itu jauh bila
dibandingkan ketika Khalifurrahman kali pertama terjun ke dunia penerjemahan
buku. Menurutnya, pada 1997 tarif penerjemahan masih berkisar antara 3000-4000
per halaman. Namun, pada 2003-2004 mulai naik antara 7000-9000 per halaman.
Bahkan, penerjemah jebolan pondok pesantren Nurul Huda, Sumenep itu pernah
diberi tarif per karakter. Waktu berdomisili di Jakarta, hasil terjemahannya
dihargai Rp.10/karakter oleh sebuah penerbit.
Menerjemahkan buku memang
bisa dibilang pekerjaan yang gampang-gampang susah. Karena, penerjemah juga
dituntut untuk sekreatif mungkin dalam menerjemahkan sebuah karya. Kemampuan
yang dituntut dalam penerjemahan bukan hanya memahami bahasa asing, tapi juga
kemampuan untuk menginterpretasikan pesan dan membawanya pada bahasa yang pas
di hati masyarakat.
Hal itu diamini oleh
Alif, pendiri “Azzam Translator” yang bergerak di bidang jasa
penerjemahan. Menurutnya, menerjemahkan itu tidak mudah, tapi bukan berarti
menjadi sesuatu yang sulit. Seminar dan workshop mengenai dunia
menerjemah, selama ini membuatnya belajar banyak hal.
Menurutnya, penerjemah bukan
profesi minoritas. Banyak sekali penerjemah dengan latar belakang bahasa apa
pun, yang sampai saat ini setia menggeluti profesi ini. Profesi penerjemah pun
tidak repot. Ia bisa di mana saja mengerjakan tugasnya. Di rumah, tempat kost,
tempat rekreasi asalkan nyaman juga bisa. Karena, seorang penerjemah tidak
selalu terikat pada jam kantor (Sabili, 2012).
Lebih lanjut Bambang
Trim menjelaskan bahwa, peran penerjemah sangat memengaruhi perkembangan arus
informasi dalam hal ekonomi dan hiburan. Hal ini dibuktikan dengan beberapa
novel luar negeri yang mendulang sukses di Indonesia. Ketika novel tersebut
sudah dibuat versi bahasa Indonesia, banyak penggila novel langsung memburunya.
Sebut saja novel Harry Potter, The Da Vinci Code, Twilight, dan beberapa
novel lain yang sukses di pasaran.
Mengingat begitu
ketatnya persaingan dan banyaknya jasa yang bergerak di bidang penerjemahan,
maka, salah satu kunci yang diperlukan untuk menjadi seorang penerjemah yang
baik dan profesional adalah menjaga kepercayaan klien (penerbit). Tanpa adanya
kepercayaan dari klien, mustahil sebuah biro penerjemah atau orang yang
berprofesi sebagai penerjemah freelance bisa berkembang di tengah
persaingan yang semakin ketat ini. [*]
*) Dimuat Riau Pos, Minggu, 01 Desember 2013

2 thoughts on “Di Balik Sukses Karya Terjemahan

Leave a comment