RESENSI - THE MAGIC LIBRARYKisah Unik Perpusatakaan Ajaib

 

Judul               : The Magic Library (Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken)

Penulis             : Jostein Gaarder & Klaus Hagerup

Penerbit           : Mizan, Bandung

Cetakan           : V, 2016 (Edisi Ketiga)

Tebal               : 284 Halaman

ISBN               : 9789794339244

 

 

Korespondensi atau kegiatan surat-menyurat lewat pos adalah hobi yang dilakoni oleh banyak orang. Aktivitas ini, selain untuk saling berkirim kabar, juga bermanfaat untuk mengasah kemampuan menulis dan berbahasa, sehingga kemampuan bahasa tulis seseorang secara tidak langsung terus terasah.

Namun, nampaknya kegiatan berkirim surat lewat pos mulai punah seiring dengan berkembangnya dunia teknologi. Di zaman sekarang, untuk saling berkirim kabar sudah bisa dilakukan dengan instan dan superkilat lewat surat elektronik dan berbagai media sosial yang ada.

Jostein Gaarder lewat novel The Magic Library mengingatkan pembaca pada tradisi korespondensi yang dulu dilakukan banyak orang. Novel ini berkisah tentang dua orang sepupu bernama Berit dan Nils yang memiliki hobi korespondensi. Melalui surat-buku yang mereka kirim secara bolak-balik lewat pos antara Oslo dan Fjaerland, mereka saling bertukar cerita tentang hobi yang berkaitan dengan literasi.

Kedua remaja tersebut juga sama-sama mencintai buku. Hobi membaca membuat mereka bertualang ke beberapa toko buku dan perpustakaan demi mendapatkan berbagai informasi untuk menambah pengetahuan.

Namun, ada sebuah misteri yang tiba-tiba hadir di antara Berit dan Nils, terutama berkaitan dengan buku-surat yang mereka tulis. Seorang wanita misterius bernama Bibbi Bokken mengincar buku-surat yang mereka kirim. Bersama komplotannya,   tampaknya Bibbi Bokken menjalankan sebuah rencana rahasia atas diri Berit dan Nils. Rencana itu berhubungan dengan sebuah perpustakaan ajaib dan konspirasi dunia perbukuan.

Tentu, Berit dan Nils berusaha menyimpan buku-surat tersebut, karena baik Berit maupun Nils sudah sepakat bahwa, tak ada seorang pun yang boleh membaca isi buku-surat tersebut kecuali mereka berdua. Karena itu, mereka tidak ingin buku-surat itu jatuh pada orang tak bertanggung jawab.

Kehadiran Bibbi Bokken membuat Berit dan Nils berusaha mencari tahu tentang keberadaan wanita yang konon memiliki perpustakaan ajaib tersebut. Bahkan, Nils berani bertanya pada Pak Bruun, gurunya di sekolah. Bruun mengatakan bahwa Bibbi Bokken adalah teman kuliah istrinya. Bokken pernah kuliah Ilmu Perpustakaan dan keberadaannya sampai sekarang masih misterius. Bu Bruun bercerita bahwa sejak ujian  akhir dulu, ia tak pernah bertemu lagi dengan Bibbi Bokken. Dulu, semua orang menganggap Bokken adalah orang yang aneh.

Nils berhasil mengorek keterangan dari Bruun setelah ia diajak bertemu di sebuah kafe mewah. Namun, keanehan lain kembali Nils temui. Seorang laki-laki berkepala plontos yang sejak tadi berada di sampingnya tiba-tiba menawarinya sebuah video berjudul  The Phantom of the Library (Setan Perpustakaan). Laki-laki aneh itu ingin menukar video dengan buku-surat yang dipegangnya (hlm. 72).

Kejadian demi kejadian aneh yang dialami Nils kembali diceritakan pada Berit lewat buku-surat yang kembali dikirimkan. Nils meminta sepupunya untuk juga berusaha mencari tahu tentang keberadaan Bibbi Bokken yang semakin misterius (hlm. 75).

Selama ini, Jostein Gaarder terkenal dengan karyanya yang kerap mengangkat dunia filsafat, sebuah tema yang cukup berat. Sebut saja Dunia Sophie, yang melambungkan namanya. Namun, meskipun Dunia Sophie bertutur tentang filsafat dan seluk-beluknya, Gaarder berhasil membuat pembaca betah karena bahasanya yang ringan dan mudah dicerna.

Buku setebal 284 halaman ini mengajak pembaca bertualang menelusuri misteri perpustakaan ajaib yang melibatkan dua tokoh utama yaitu Berit dan Nils. Buku yang layak dibaca oleh siapa pun yang menyukai cerita misteri, konspirasi, sejarah buku, petualangan, ataupun detektif. (*)

 

*) Dimuat Tribun Jateng, 01 Oktober 2017

Leave a comment