Beberapa tahun silam, lewat novel fenomenal sekaligus kontroversial The Da Vinci Code, Dan Brown sempat membuat heboh banyak kalangan, terutama petinggi agama-agama di dunia. Novel tersebut ditengarai mampu mengguncang kepercayaan agama-agama. Namun begitu, karya-karya selanjutnya seperti Angels and Demons, Deception Point, The Lost Symbol, Digital Fortress, dan Inferno, banyak diminati pembaca. Karya-karyanya yang mayoritas berkisah tentang dunia simbol dan sains tersebut menjadi buku laris yang banyak diburu pembaca.

Origin adalah novel ketujuh karya Dan Brown yang baru rilis akhir 2017. Sebagaimana novel-novel Brown sebelumnya, dalam Origin, ia masih melibatkan tokoh bernama Robert Langdon, seorang seniman sekaligus simbolog terkenal dari Universitas Harvard.

Dalam novelnya ini, Brown mengisahkan tokoh kontroversial, yakni seorang futuris sekaligus ilmuwan komputer. Lelaki empat puluh tahun bernama Edmond Kirsch itu telah membidani serangkaian teknologi maju menakjubkan yang mempresentasikan lompatan besar dalam berbagai bidang, seperti robotika, sains otak, kecerdasan buatan, dan nanoteknologi. Prediksi akuratnya mengenai terobosan-terobosan ilmiah di masa depan telah menciptakan aura mistis di sekeliling dirinya.

Suatu waktu, Kirsch berencana mengumumkan temuan barunya yang ia klaim akan mengguncangkan dunia perihal penciptaan manusia. Ia mengundang tiga tokoh agama dunia ke sebuah tempat suci di Catalonia, Spanyol. Mereka adalah Uskup Antonio Valdespino, Rabi Yehuda Koves, filosof Yahudi terkemuka yang telah banyak menulis mengenai kosmologi Kabbalistik, dan Syed al-Fadl, cendekiawan Islam. Ketiga petingga agama itu sengaja diundang oleh Kircsh sebelum ia mengumumkan secara resmi temuan ilmiah terbarunya (hlm. 17).

Setelah pertemuan di tempat suci di Spanyol itu, ketiga tokoh agama sama-sama gelisahnya. Mereka khawatir temuan yang akan diumumkan Kircsh akan membuat penganut agama di dunia tidak lagi memercayai Tuhan dan segala penciptaannya di alam semesta, mengingat Kircsh adalah seorang ateis yang sama sekali tak memercayai agama apa pun di dunia.

Waktu yang ditentukan Edmond Kirsch sudah tiba. Tinggal menunggu waktu, informasi tentang temuan ilmiahnya itu akan diumumkan secara serentak ke seluruh dunia melalui jaringan internet mutakhir. Kirsch menduga akan ada jutaan orang yang menunggu informasi tentang temuan ilmiahnya tersebut.

Robert Langdon adalah satu dari ratusan undangan VIP yang diundang untuk menghadiri launching yang akan disiarkan langsung dari Museum Guggenheim. Langdon sendiri belum tahu pasti apa kira-kira temuan ilmiah Kirsch. Yang ia tahu adalah, dulu Kircsh adalah mahasiswanya di Harvard. Mahasiswa cerdas yang menggilai ilmu komputer dan juga seni.

Tapi nahas, menjelang pengumuman tentang temuannya, Kirsch terbunuh. Ternyata ada seorang penyusup yang menyamar menjadi undangan acara tersebut. Kirsch bersimbah darah di podium, sementara ratusan undangan berhamburan ke luar gedung berusaha menyelamatkan diri. Langdon benar-benar sangat menyayangkan dan mengutuk perbuatan yang telah menyingkirkan seorang ilmuwan secerdas Kirsch. Sembari menyelamatkan smastphone dari saku Kirsch, bersama Ambra Vidal, direktur museum Guggenheim, Langdon berusaha keluar dari gedung dengan bimbingan Winston, superckomputer ciptaan Kirch yang sejak sebelum acara sudah terkoneksi lewat headset supercanggih seolah-olah tour guide pribadi Langdon.

Di sinilah petualangan Langdon dimulai. Bersama Ambra Vidal ia berusaha mencari kata kunci program temuan ilmiah Kirsch yang terdiri dari 47 huruf yang sengaja dibuat demi kerahasiaan. Langdon dan Ambra Vidal menyusuri beberapa tempat terkenal seperti Cisa Mila dan La Sagrada Familia, namun usahanya sia-sia. Hingga sebuah petunjuk yang didapat di perpustakaan bawah tanah La Sagrada Familia, mengantarkan Langdon ke sebuah tempat yang memberinya petunjuk tentang password program tersebut.

Sanggupkah Langdon dan Miss Vidal mengungkap apa yang selama ini tersembunyi di balik program temuan ilmiah Edmond Kirsch? Lewat novel penuh intrik dan konspirasi politik ini, Dan Brown akan membawa pembaca menyelusuri keindahan dan eksotisme beberapa tempat di Spanyol, mengembara di antara keindahan gedung-gedung menjulang seperti Cisa Mila, La Sagrada Familia, hingga gereja Palmarian di Barcelona. Sebuah novel yang akan memperkaya wawasan pembaca tentang sains di masa depan, sebagaimana temuan Edmond Kircsh yang supercanggih. (*)

Origin | Dan Brown | Bentang | Januari 2017 | 516 Halaman

RESENSI - ORIGIN

Leave a comment